Tradisi Pernikahan pada Korea Selatan
Tugas I
Ilmu Budaya Dasar
Tradisi
Pernikahan pada Korea Selatan
Dosen: Auliya R
Nama :
Sabrina Zahra Aulia
NPM/Kelas : 19114910/1KA01
Jurusan : Sistem Informasi
Fakultas : Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Dalam hidup ini setiap
manusia pasti akan melewati satu fase kedewasaan bernama pernikahan. Saat dimana dua orang dari keluarga yang berbeda dan sifat
serta karakter berbeda pula dipertemukan, kemudian mengikat satu sama lain
dalam ikatan yang sangat suci kemudian mengarungi bahtera rumah tangga
bersama-sama, sepanjang hidup mereka sampai akhir khayat. Karena fase ini
adalah fase yang penting dalam kehidupan manusia –terutama yang melakukan
pernikahan itun sendiri-, tidak heran jika banyak prosesi juga upacara yang
terkait dengan pernikahan, tentunya kental dengan latar belakang budaya tempat
di mana kedua mempelai tadi berasal. Di masing-masing Negara pun pasti
mempunyai prosesi juga upacara tradisi tersendiri, sama halnya dengan di Korea.
Di
Korea sendiri upacara pernikahan memang tidak jauh berbeda dengan upacara
pernikahan di Indonesia dan upacara pernikahan negara barat. Pernikahan di Korea lebih
merupakan proses bergabungnya dua keluarga daripada dua individual (kedua
mempelai) dan dikenal sebagai Taerye atau
Ritual Besar.
Dalam
makalah ini, penulis akan membahas salah satu dari daur ulang hidup masyarakat
Korea Selatan nyaitu pernikahan. Alasan penulis membahas pernikahan di Korea
Selatan ialah karena keunikan upacara
yang mana disetiap upacaranya mengandung sebuah filosofi yang masih berhubungan
dengan ajaran konfusianisme. Melihat dari keunikan tersebut, penulis mencoba
menguraikan apa saja keunikan dari upacara pernikahan di Korea Selatan, baik sebelum
mau pun sesudah upacara pernikahan diberlangsungkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja upacara sebelum terjadinya sebuah pernikahan?
2. Bagimana tahap-tahap saat upacara pernikahan berlangsung?
3. Menjelaskan busana dan aksesoris apa yang dikenakan saat pernikahan?
4. Apa saja masakan yang dihidangkan saat upacara pernikahan
berlangsung?
BAB II
PEMBAHASAN
Pernikahan
tradisional Korea adalah pernikahan yang
berlangsung secara tradisional yang masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat
Korea. Tradisi yang diwariskan hingga kini berasal dari periode Dinasti
Choseon. Yang mana pada masa itu pernikahan di umur 12 tahun dianggap lumrah. Pada
era tersebut pun jika calon mempelainya memilki marga yang sama dianggap tabuh.
Ada sebuah artikel yang menjelaskan tentang regulasi nama marga yang sama,
pernikahan tersebut dikatagorikan dengan sebutan exogami. Namun sudah diajukan
untuk direvisi oleh legislatif Korea pada tahun 1997 lalu 1998 dimandemenkan,
pengadilan konstitusi memutuskan untuk mengizinkan dua orang yang memiliki
marga yang sama untuk menikahan.
Pernikahan tradisional disebut Horye. Pada zaman dulu upacara pernikahan tradisional Korea
sangatlah rumit, namun saat ini telah disederhanakan. Dan saat era itu pun
pelaksaannya dilakukan di rumah mempelai wanita. Ada beberapa proses sebelum
upacara pernikahan terjadi yaitu terdiri dari :
1. Eui
Hon
Para orang tua mengumpulkan informasi tentang
calon mempelai pria dan wanita,
tentang kedudukan sosial, pendidikan dan asal usul keluarga mereka. Jika informasi yang dikumpulkan
telah cukup maka orangtua calon mempelai pria
akan menyampaikan lamaran kepada orang tua calon mempelai wanita. Dalam acara lamaran ini hanya
orang tua kedua belah pihak yang dapat bertemu
dengan calon mempelai pria atau calon mempelai wanita. Kedua calon mempelai baru akan
dipertemukan untuk pertama kalinya pada upacara pernikahan mereka.
2.
Napchae
Setelah lamaran
diterima, orang tua calon pengantin pria akan mengirim Saju, yang menyatakan secara terperinci
tahun, bulan, tanggal dan jam kelahiran calon
pengantin pria sesuai dengan kalender kepada keluarga calon mempelai wanita. Saju dibungkus dengan
menggunakan cabang-cabang bambu dan diikat
benang merah dan benang biru. Terakhir keseluruhan dari saju dibungkus dengan Sajubo yaitu kain
pembungkus berwarna merah di dalam dan
berwarna biru di bagian luar.
Berdasarkan informasi
yang tercantum dalam Saju, seorang peramal
menetapkan tanggal pernikahan yang terbaik. Keluarga calon mempelai wanita kemudian mengirim Yeongil kepada keluarga calon pengantin pria yang menyatakan tanggal pernikahan sebagai balasan dari saju.
menetapkan tanggal pernikahan yang terbaik. Keluarga calon mempelai wanita kemudian mengirim Yeongil kepada keluarga calon pengantin pria yang menyatakan tanggal pernikahan sebagai balasan dari saju.
3. Nappae
Sebelum
pernikahan, keluarga pengantin pria akan mengirim hadiah-hadiah kepada mempelai wanita dan keluarganya
dalam sebuah kotak yang dinamakan
Ham. Hamijabi ( orang yang menyampaikan Ham ) disertai oleh beberapa orang teman dekat dari mempelai
pria. Ham biasanya berisikan 3 macam
benda, yaitu Honseo (kertas pernikahan
), Chaedan yaitu kain tenun
berwarna merah dan biru, untuk membuat pakaian. Kain biru diikat dengan benang merah
dan kain merah diikat dengan benang biru.
Kedua warna ini menggambarkan filosofi
Eun/Yang ( Yin/Yang ).
Honseo ( kertas
pernikahan ) diselubungi dengan kain sutera merah, dalam surat tercantum nama dari pengirim dan
maksud dari pengirimnya yaitu pernikahan.
Honseo ini melambangkan pengabdian isteri kepada suami satusatunya dan sang
isteri diharuskan menjaga dokumen ini selamanya dan mengubur bersama jasadnya bila ia meninggal
dunia. Honseo juga adalah sekumpulan barang-barang
berharga lainnya dari orang tua pengantin pria untuk mempelai wanita.
Ham biasanya berisikan 3 macam benda,
yaitu:
·
Honseo yaitu kertas
pernikahan yang diselubungi dengan kain sutera merah. Hanseo berisi surat yang mencantumkan nama pengirim dan maksud dari
surat tersebut. Hanseo juga berisi kumpulan barang berharga lain untuk pengantin dari
orang tua mempelai pria. Hanseomelambangkan pengabdian istri kepada suami
dan sang istri diharuskan menjaga dokumen ini selamanya dan mengubur bersama
jasadnya bila ia meninggal dunia.
·
Chaedan yaitu
kain tenun berwarna merah dan biru, untuk membuat pakaian. Kain biru diikat
dengan benang merah dan kain merah diikat dengan benang biru. Kedua warna ini
menggambarkan filosofi Eun/Yang ( Yin/Yang ). Honseo ( kertas pernikahan
)
·
Bongchae
4. Chinyoung
Pada jaman
dahulu pernikahan diselanggarakan di rumah atau di halaman rumah pengantin
wanita. Pengantin pria biasanya menunggang kuda
atau kuda pony dan para pembantu atau pelayan berjalan kaki ke rumah mempelai
wanita. Para pelayan memaikan alat music untuk menciptakan suasana yang
gembira. Dalam
prosesi pernikahan ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan:
·
Jeonanrye
Jeonanrye
adalah
proses penyerahan angsa liar. Pada jaman dahulu yang digunakan adalah angsa
liar yang masih hidup, namun sekarang ini sudah diganti dengan angsa yang
terbuat dari kayu. Selama proses berlangsung Girukabi (orang yang berjalan paling depan) memegang sebuah Kireogi (angsa liar) dari kayu. Ketika
sudah tiba di rumah mempelai wanita. Girukabi
menyerahkan kireogi kepada mempelai
pria, selanjutnya mempelai pria akan menyerahkan girukabi tersebut kepada ibunda mempelai wanita.
Budaya Korea memang menggunakan
beberapa binatang tertentu seperti bebek atau angsa sebagai simbol kemakmuran,
umur panjang dan kesetianaan. Maka dari itu penyerahan angsa liar ini dalam
upacara pernikahan korea dimaksudkan untuk sebuah janji setia dari pengantin
pria kepada pengantin wanita.
Berikut ini adalah hal positif dapat dipelajari dari kehidupan
angsa liar:
§ Angsa liar tetap memilki
pasangan yang sama seumur hidupnya. Bahkan ketika pasangan itu mneinggal,
pasangan yang masih hidup tidakan akan mencari pasangan baru seumur hidupnya.
§ Angsa liar mengerti benar
mengenai tingkatan. Bahkan ketika terbang , mereka menjaga struktur dan
keharmonisan.
§ Angsa liar memiliki sifat untuk
meninggalkan jejak keberadaan mereka dimanapun mereka pergi. Ini menjadi simbol
dimana bahwa seseorang harus mampu meninggalkan warisan yang besar bagi
keturunan mereka setelah meninggalkan dunia.
·
Gyobaerye
Gyobaerye adalah moment dimana pertama kalinya mempelai wanita dan mempelai
pria saling bertemu. Prosesi ini dimulai dengan cara kedua mempelai saling
membungkukkan badan satu sama lain. Pertama mempelai wanita membungkukkan badan
terlebih dahulu sebanyak 2 kali , kemudian diikuti mempelai pria membungkukkan
badan 1 kali sebagai balasan. lalu diakhiri dengan kedua mempelai saling
berhadapan sambil berlutut. Prosesi ini melambangkan sebuah janji juga komitmen atau ikrar
dari kedua mempelai untuk menjalani kehidupan rumah tangga bersama-sama sampai
akhir hayat.
·
Hapgeunrye
Hapgeunrye adalah
minum anggur. Dalam upacara ini anggur disajikan dalam tempat yang terbuat dari
buah labu. Tempat ini merupakan setengah dari buah labu yang telah dikosongkan
dan dikeringkan yang melambangkan pria dan wanita. Artinya mempelai wanita dan
mempelai pria ialah satu, namun dilahirkan secara terpisah dan kini
dipersatukan kembali melalui pernikahan.
·
Pyebaek
Pyebaek adalah membungkukan badan
kepada orang tua mempelai pria. Ini dilakukan setelah upacara pernikahan
selesai, diamana mempelai wanita bertemu dengan orang tua mertuanya. Ayah dari
mempelai pria duduk di sisi timur dan ibunya duduk dibagian barat, dan
pengantin berada ditengah-tengah mereka. Lalu mempelai pria akan disandingkan untuk
kemudian membungkuk hormat secara bersama-sama sebanyak tiga kali: satu untuk
kedua pasangan orang tua, satu untuk para leluhur dan satu kali untuk para
tamu.
Di hari berikutnya, kedua
mempelai datang menemui orang tua dari pria. Pada kesempatan
tersebut, orang tua pria melemparkan Jujubae
(beberapa jenis makanan dan buah-buahan) yang ditangkap oleh kedua mempelai
menggunakan bentangan kain. Jujubae yang dilemparkan orang tua pria
melambangkan keinginan untuk mendapatkan cucu yang banyak bagi orang tua dan
tentunya anak bagi kedua pasangan yang baru menikah tersebut.
Hollyebok
Dalam
pernikahan tradisional Korea ada sebuah baju khusus yang dipakai oleh kedua mempelai.
Pada dasarnya baju pengantin Korea sama dengan busana tradisional yang dikenakan
untuk sehari-hari . Yang membedakan adalah baju pengantin lebih gemerlap karena
menggunakan warna yang lebih cerah dari busana sehari-hari serta menggunakan
kain berkualitas mahal, misalnya saja menggunakan kain sutera yang mengkilap
sehingga kesan gemerlap lebih terlihat jelas. Baju pengantin tersersebut
dinamakan
Hollyebok, Hollyebok
dibagi dua, yaitu :
o
Hollyebok
untuk mempelai pria, yang terdiri dari:
─ Jeogori (jaket)
─ Baji (celana)
─ Joggi (rompi)
─ Magoja
─ Durumagi (mantel panjang)
Jaket yang pakai berlengan longgar,
celana panjangnya lebar serta diikat mengunakan tali dibagian pergelangan kaki,
juga mengenakan sebuah rompi yang dipakai diatas kemeja serta memakai sebuah
topi, yang merupakan topi pernikahan. Baju pengantin ini biasa disebut
dengan gwanbok.
o
Hollyebok untuk mempelai wanita, yang terdiri
dari:
─ Chima
─ Jeogori (jaket pendek dengan lengan yang panjang)
─ Wonsam (mantel luar yang panjang)
Untuk
baju wanita, mengenakan jeogori
dengan dua pita panjang yang diikat untuk membentuk otgoreum. Juga mengenakan sebuah chima panjang, berpinggang tinggi, yang
dapat membungkus sekitar dada kebawah. Kemudian
memakai sepatu yang berbentuk mirip perahu terbuat dari sutera, dipadu
dengan kaus kaki katun putih. Baju pengantin juga mengenakan selempang berwarna
putih dengan simbol-simbol yang signifikan atau bisa juga dengan bermotifkan
bunga. Pengantin wanita juga mengenakan sebuah mahkota atau topi baja.
Rambut
mempelai wanita pun tak luput untuk dipercantik, dengan Jokduri (hiasan diatas kepala) dan Pinyo (tusuk rambut sebagai hiasan juga dipakai untuk menggelung
rambut). Lalu wajahnya pun diberi riasan berwarna merah berbentuk bulat yang
mempunyai makna mencegah kekuatan yang jahat.
Sebelum menikah, baik pria maupun wanita biasanya diharuskan untuk
memanjangkan rambutnya dan pada saat menikah rambutnya akan dikonde. Mempelai
pria akan mengkonde rambutnya sampai atas kepala, sedangkan mempelai wanita
akan mengkonde rambutnya sampai di atas tengkuk.
Tusuk rambut pinyo
dibuat dengan bahan yang bervariasi sesuai dengan kedudukan sosial pemakainya.
Untuk pria menggunakan gat, topi yang
dianyam dengan menggunakan rambut kuda, topi ini juga dibuat bervariasi sesuai
dengan kedudukan sosial.
Kook Soo
Sang
Di dalam sebuah pesta pernikahan pasti ada sebuah penjamuan
makananan, di Korea penjamuan saat acara pernikahan disebut Kook Soo Sang atau disebut juga dengan
perjamuan mie. Mie yang panjang ini melambangkan kehidupan yang panjang dan
bahagia untuk mempelai nantinya. Mie akan direbus bersama kaldu sapi dan diberi
hiasan sayuran dan telur.
.Hidangan jamuan lainnya ialah sinseollo
atau sup. Sinseollo dipopulerkan oleh
dinasti Qing, Cina, lalu pada masa Kerajaan Choseon dikembangkan dan disesuaikan
dengan selera makan Korea. Masakan ini menjadi hidangan pesta yang termewah
karena dilengkapi dengan berbagai jenis bahan makanan. Dengan demikian, Sinseollo dapat dikatakan masakan Korea
yang bergizi tinggi dengan rasa enak serta berpenampilan indah.
Gujeolpan ialah makanan yang terdiri
atas beberapa jenis sayuran dan daging yang disajikan dalam lapisan pancake.
Ada juga strip barbekyu daging sapi diasinkan disebut bulgogi dan iga diasinkan atau galbi,
juga berbagai jenis kimchi. Tak lupa
sup kue beras (nasi pangsit yang dipadu dengan kaldu ayam) atau doenjang guk serta sup pasta kacang kedelai yang difermentasi.Disajikan
juga berbagai jenis minuman termasuk minuman keras seperti bir, anggur, Soju dan Makgeoli.
Pada upacara pernikahan tradisional Korea ada satu acara yang
disebut Febaek. Dalam acara ini sang
mempelai wanita bersalam-salaman dengan anggota keluarga sang mempelai pria.
Untuk acara itu mempelai wanita membawa berbagai macam makanan dan salah
satunya adalah Yukpo. Setiap makanan
yang dibawa mempelai wanita memiliki makna. Misalnya, kurma Korea melambangkan
kesuburan anak. Yukpo atau daging
yang dikeringkan memiliki arti bahwa memepelai wanita akan menaati dan melayani
mertuanya dengan baik. Tradisi Febaek
ini masih dilakukan sampai saat ini. Jika pasangan mempelai menikah dengan
upcara gaya barat, maka setelah upacara pernikahan selesai pasangan mempelai mengganti
baju menjadi baju tradisional, lalu melakukan Febaek dengan cara tradisional. Di samping itu Yukpo sekarang ini disukai masyarakat Korea sebagai teman minum
minuman beralkohol dan makanan ringan saat mereka ingin ngemil. Karena terbuat
dari daging asli yang dikeringkan, Yukpo
memiliki gizi lengkap jadi cocok juga untuk anak-anak yang sedang tumbuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, upacara dan prosesi pernikahan
tradisional Korea tidak kalah rumitnya dengan upacara dan prosesi pernikahan
tradisional di Indonesia. Upacara pernikahan tradisional di Korea terdiri dari:
1. Eui Hon (Perjodohan)
2. Napchae (Penentuan tanggal pernikahan)
3. Nappae (Pertukaran barang)
4. Chinyoung (Upacara pernikahan)
Di
dalam Chinyoung terdiri dari berbagai
prosesi, yang terbagi menjadi :
1.
Jeonanrye (Penyerahan angsa liar)
2.
Gyobaerye (Bertemunya kedua mempelai)
3. Hapgeunrye (Meminum anggur)
4.
Pyebaek (Membungkukan badan kepada
orang tua mempelai pria)
Hollyebok terbagi menjadi 2, Hollyebok untuk pria yang terdiri dari Jeogori (jaket) Baji (celana) Joggi (rompi) Magoja dan Durumagi (mantel panjang), sedangkan Hollyebok
untuk wanita Chima, Jeogori (jaket pendek dengan lengan
yang panjang) dan Wonsam (mantel luar yang panjang).
Kook Soo Sang atau disebut juga dengan perjamuan mie. Mie yang panjang melambangkan
kehidupan yang panjang juga bahagia untuk kedua mempelai. Mie akan direbus
bersama kaldu sapi dan diberi hiasan sayuran dan telur. Bukan hanya itu saja,
saat penjamuan pun disediakan makanan juga minuman seperti sinseoll, gujeolpan,bulgogi dan galbi serta Soju dan Makgeoli.
Daftar Pustaka
2 comments
mantap informasinya.
ReplyDeletesouvenir pernikahan murah kediri
Mau nikah tapi mesti belajar budayanya dulu. agak rumit yah
ReplyDelete