Sabrina Zahra Aulia's

i solemnly swear that i am up to no good.

Tradisi Pernikahan pada Korea Selatan

By 12:48 AM

Tugas I
Ilmu Budaya Dasar
Tradisi Pernikahan pada Korea Selatan
Dosen: Auliya R


Nama           : Sabrina Zahra Aulia
NPM/Kelas : 19114910/1KA01
Jurusan       : Sistem Informasi
Fakultas      : Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi

Universitas Gunadarma
2015
BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah

Dalam hidup ini setiap manusia pasti akan melewati satu fase kedewasaan bernama pernikahan. Saat dimana dua orang dari keluarga yang berbeda dan sifat serta karakter berbeda pula dipertemukan, kemudian mengikat satu sama lain dalam ikatan yang sangat suci kemudian mengarungi bahtera rumah tangga bersama-sama, sepanjang hidup mereka sampai akhir khayat. Karena fase ini adalah fase yang penting dalam kehidupan manusia –terutama yang melakukan pernikahan itun sendiri-, tidak heran jika banyak prosesi juga upacara yang terkait dengan pernikahan, tentunya kental dengan latar belakang budaya tempat di mana kedua mempelai tadi berasal. Di masing-masing Negara pun pasti mempunyai prosesi juga upacara tradisi tersendiri, sama halnya dengan di Korea. Di Korea sendiri upacara pernikahan memang tidak jauh berbeda dengan upacara pernikahan di Indonesia dan upacara pernikahan negara barat. Pernikahan di Korea lebih merupakan proses bergabungnya dua keluarga daripada dua individual (kedua mempelai) dan dikenal sebagai Taerye atau Ritual Besar.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas salah satu dari daur ulang hidup masyarakat Korea Selatan nyaitu pernikahan. Alasan penulis membahas pernikahan di Korea Selatan  ialah karena keunikan upacara yang mana disetiap upacaranya mengandung sebuah filosofi yang masih berhubungan dengan ajaran konfusianisme. Melihat dari keunikan tersebut, penulis mencoba menguraikan apa saja keunikan dari upacara pernikahan di Korea Selatan, baik sebelum mau pun sesudah upacara pernikahan diberlangsungkan.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa saja upacara sebelum terjadinya sebuah pernikahan?
2.      Bagimana tahap-tahap saat upacara pernikahan berlangsung?
3.      Menjelaskan busana dan aksesoris apa yang dikenakan saat pernikahan?
4.      Apa saja masakan yang dihidangkan saat upacara pernikahan berlangsung?















BAB II
PEMBAHASAN
Pernikahan tradisional Korea adalah pernikahan yang berlangsung secara tradisional yang masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Korea. Tradisi yang diwariskan hingga kini berasal dari periode Dinasti Choseon. Yang mana pada masa itu pernikahan di umur 12 tahun dianggap lumrah. Pada era tersebut pun jika calon mempelainya memilki marga yang sama dianggap tabuh. Ada sebuah artikel yang menjelaskan tentang regulasi nama marga yang sama, pernikahan tersebut dikatagorikan dengan sebutan exogami. Namun sudah diajukan untuk direvisi oleh legislatif Korea pada tahun 1997 lalu 1998 dimandemenkan, pengadilan konstitusi memutuskan untuk mengizinkan dua orang yang memiliki marga yang sama untuk menikahan.
Pernikahan tradisional disebut Horye. Pada zaman dulu upacara pernikahan tradisional Korea sangatlah rumit, namun saat ini telah disederhanakan. Dan saat era itu pun pelaksaannya dilakukan di rumah mempelai wanita. Ada beberapa proses sebelum upacara pernikahan terjadi yaitu terdiri dari :

1.      Eui Hon
Para orang tua mengumpulkan informasi tentang calon mempelai pria dan wanita, tentang kedudukan sosial, pendidikan dan asal usul keluarga mereka. Jika informasi yang dikumpulkan telah cukup maka orangtua calon mempelai pria akan menyampaikan lamaran kepada orang tua calon mempelai wanita. Dalam acara lamaran ini hanya orang tua kedua belah pihak yang dapat bertemu dengan calon mempelai pria atau calon mempelai wanita. Kedua calon mempelai baru akan dipertemukan untuk pertama kalinya pada upacara pernikahan mereka.


2.      Napchae
Setelah lamaran diterima, orang tua calon pengantin pria akan mengirim Saju, yang menyatakan secara terperinci tahun, bulan, tanggal dan jam kelahiran calon pengantin pria sesuai dengan kalender kepada keluarga calon mempelai wanita. Saju dibungkus dengan menggunakan cabang-cabang bambu dan diikat benang merah dan benang biru. Terakhir keseluruhan dari saju dibungkus dengan Sajubo yaitu kain pembungkus berwarna merah di dalam dan berwarna biru di bagian luar.
Berdasarkan informasi yang tercantum dalam Saju, seorang peramal 
menetapkan tanggal pernikahan yang terbaik. Keluarga calon mempelai wanita kemudian mengirim Yeongil kepada keluarga calon pengantin pria yang menyatakan tanggal pernikahan sebagai balasan dari saju.

3.      Nappae
Sebelum pernikahan, keluarga pengantin pria akan mengirim hadiah-hadiah kepada mempelai wanita dan keluarganya dalam sebuah kotak yang dinamakan Ham. Hamijabi ( orang yang menyampaikan Ham ) disertai oleh beberapa orang teman dekat dari mempelai pria. Ham biasanya berisikan 3 macam benda, yaitu Honseo (kertas pernikahan ), Chaedan yaitu kain tenun berwarna merah dan biru, untuk membuat pakaian. Kain biru diikat dengan benang merah dan kain merah diikat dengan benang biru. Kedua warna ini menggambarkan filosofi Eun/Yang ( Yin/Yang ).
Honseo ( kertas pernikahan ) diselubungi dengan kain sutera merah, dalam surat tercantum nama dari pengirim dan maksud dari pengirimnya yaitu pernikahan. Honseo ini melambangkan pengabdian isteri kepada suami satusatunya dan sang isteri diharuskan menjaga dokumen ini selamanya dan mengubur bersama jasadnya bila ia meninggal dunia. Honseo juga adalah sekumpulan barang-barang berharga lainnya dari orang tua pengantin pria untuk mempelai wanita.
Ham biasanya berisikan 3 macam benda, yaitu:
·         Honseo yaitu kertas pernikahan yang diselubungi dengan kain sutera merah. Hanseo berisi surat yang mencantumkan nama pengirim dan maksud dari surat tersebut. Hanseo juga berisi kumpulan barang berharga lain untuk pengantin dari orang tua mempelai pria. Hanseomelambangkan pengabdian istri kepada suami dan sang istri diharuskan menjaga dokumen ini selamanya dan mengubur bersama jasadnya bila ia meninggal dunia.
·         Chaedan yaitu kain tenun berwarna merah dan biru, untuk membuat pakaian. Kain biru diikat dengan benang merah dan kain merah diikat dengan benang biru. Kedua warna ini menggambarkan filosofi Eun/Yang ( Yin/Yang ). Honseo ( kertas pernikahan )
·         Bongchae

4.      Chinyoung
Pada jaman dahulu pernikahan diselanggarakan di rumah atau di halaman rumah pengantin wanita. Pengantin pria biasanya menunggang kuda atau kuda pony dan para pembantu atau pelayan berjalan kaki ke rumah mempelai wanita. Para pelayan memaikan alat music untuk menciptakan suasana yang gembira. Dalam prosesi pernikahan ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan:





·         Jeonanrye
Jeonanrye adalah proses penyerahan angsa liar. Pada jaman dahulu yang digunakan adalah angsa liar yang masih hidup, namun sekarang ini sudah diganti dengan angsa yang terbuat dari kayu. Selama proses berlangsung Girukabi (orang yang berjalan paling depan) memegang sebuah Kireogi (angsa liar) dari kayu. Ketika sudah tiba di rumah mempelai wanita. Girukabi menyerahkan kireogi kepada mempelai pria, selanjutnya mempelai pria akan menyerahkan girukabi tersebut kepada ibunda mempelai wanita.
Budaya Korea memang menggunakan beberapa binatang tertentu seperti bebek atau angsa sebagai simbol kemakmuran, umur panjang dan kesetianaan. Maka dari itu penyerahan angsa liar ini dalam upacara pernikahan korea dimaksudkan untuk sebuah janji setia dari pengantin pria kepada pengantin wanita.

Berikut ini adalah hal positif dapat dipelajari dari kehidupan angsa liar:
§  Angsa liar tetap memilki pasangan yang sama seumur hidupnya. Bahkan ketika pasangan itu mneinggal, pasangan yang masih hidup tidakan akan mencari pasangan baru seumur hidupnya.
§  Angsa liar mengerti benar mengenai tingkatan. Bahkan ketika terbang , mereka menjaga struktur dan keharmonisan.
§  Angsa liar memiliki sifat untuk meninggalkan jejak keberadaan mereka dimanapun mereka pergi. Ini menjadi simbol dimana bahwa seseorang harus mampu meninggalkan warisan yang besar bagi keturunan mereka setelah meninggalkan dunia.



·         Gyobaerye
Gyobaerye adalah moment dimana pertama kalinya mempelai wanita dan mempelai pria saling bertemu. Prosesi ini dimulai dengan cara kedua mempelai saling membungkukkan badan satu sama lain. Pertama mempelai wanita membungkukkan badan terlebih dahulu sebanyak 2 kali , kemudian diikuti mempelai pria membungkukkan badan 1 kali sebagai balasan. lalu diakhiri dengan kedua mempelai saling berhadapan sambil berlutut. Prosesi ini melambangkan sebuah janji juga komitmen atau ikrar dari kedua mempelai untuk menjalani kehidupan rumah tangga bersama-sama sampai akhir hayat.

·         Hapgeunrye
Hapgeunrye adalah minum anggur. Dalam upacara ini anggur disajikan dalam tempat yang terbuat dari buah labu. Tempat ini merupakan setengah dari buah labu yang telah dikosongkan dan dikeringkan yang melambangkan pria dan wanita. Artinya mempelai wanita dan mempelai pria ialah satu, namun dilahirkan secara terpisah dan kini dipersatukan kembali melalui pernikahan.

·         Pyebaek
Pyebaek  adalah membungkukan badan kepada orang tua mempelai pria. Ini dilakukan setelah upacara pernikahan selesai, diamana mempelai wanita bertemu dengan orang tua mertuanya. Ayah dari mempelai pria duduk di sisi timur dan ibunya duduk dibagian barat, dan pengantin berada ditengah-tengah mereka. Lalu mempelai pria akan disandingkan untuk kemudian membungkuk hormat secara bersama-sama sebanyak tiga kali: satu untuk kedua pasangan orang tua, satu untuk para leluhur dan satu kali untuk para tamu.  
Di hari berikutnya, kedua mempelai datang menemui orang tua dari pria.  Pada kesempatan tersebut, orang tua pria melemparkan Jujubae (beberapa jenis makanan dan buah-buahan) yang ditangkap oleh kedua mempelai menggunakan bentangan kain. Jujubae yang dilemparkan orang tua pria melambangkan keinginan untuk mendapatkan cucu yang banyak bagi orang tua dan tentunya anak bagi kedua pasangan yang baru menikah tersebut.

Hollyebok
Dalam pernikahan tradisional Korea ada sebuah baju khusus yang dipakai oleh kedua mempelai. Pada dasarnya baju pengantin Korea sama dengan busana tradisional yang dikenakan untuk sehari-hari . Yang membedakan adalah baju pengantin lebih gemerlap karena menggunakan warna yang lebih cerah dari busana sehari-hari serta menggunakan kain berkualitas mahal, misalnya saja menggunakan kain sutera yang mengkilap sehingga kesan gemerlap lebih terlihat jelas. Baju pengantin tersersebut dinamakan

Hollyebok, Hollyebok dibagi dua, yaitu :

o   Hollyebok untuk mempelai pria, yang terdiri dari:
       Jeogori (jaket)
       Baji (celana)
       Joggi (rompi)
       Magoja
       Durumagi (mantel panjang)
Jaket yang pakai berlengan longgar, celana panjangnya lebar serta diikat mengunakan tali dibagian pergelangan kaki, juga mengenakan sebuah rompi yang dipakai diatas kemeja serta memakai sebuah topi, yang merupakan topi pernikahan. Baju pengantin ini biasa disebut dengan  gwanbok.

o   Hollyebok untuk mempelai wanita, yang terdiri dari:
       Chima
       Jeogori (jaket pendek dengan lengan yang panjang)
       Wonsam (mantel luar yang panjang)
Untuk baju wanita, mengenakan jeogori dengan  dua pita panjang yang diikat untuk membentuk otgoreum. Juga mengenakan sebuah chima panjang, berpinggang tinggi, yang dapat membungkus sekitar dada kebawah. Kemudian  memakai sepatu yang berbentuk mirip perahu terbuat dari sutera, dipadu dengan kaus kaki katun putih. Baju pengantin juga mengenakan selempang berwarna putih dengan simbol-simbol yang signifikan atau bisa juga dengan bermotifkan bunga. Pengantin wanita juga mengenakan sebuah mahkota atau topi baja.
Rambut mempelai wanita pun tak luput untuk dipercantik, dengan Jokduri (hiasan diatas kepala) dan Pinyo (tusuk rambut sebagai hiasan juga dipakai untuk menggelung rambut). Lalu wajahnya pun diberi riasan berwarna merah berbentuk bulat yang mempunyai makna mencegah kekuatan yang jahat.
Sebelum menikah, baik pria maupun wanita biasanya diharuskan untuk memanjangkan rambutnya dan pada saat menikah rambutnya akan dikonde. Mempelai pria akan mengkonde rambutnya sampai atas kepala, sedangkan mempelai wanita akan mengkonde rambutnya sampai di atas tengkuk.
Tusuk rambut pinyo dibuat dengan bahan yang bervariasi sesuai dengan kedudukan sosial pemakainya. Untuk pria menggunakan gat, topi yang dianyam dengan menggunakan rambut kuda, topi ini juga dibuat bervariasi sesuai dengan kedudukan sosial.

Kook Soo Sang
Di dalam sebuah pesta pernikahan pasti ada sebuah penjamuan makananan, di Korea penjamuan saat acara pernikahan disebut Kook Soo Sang atau disebut juga dengan perjamuan mie. Mie yang panjang ini melambangkan kehidupan yang panjang dan bahagia untuk mempelai nantinya. Mie akan direbus bersama kaldu sapi dan diberi hiasan sayuran dan telur.
.Hidangan jamuan lainnya ialah sinseollo atau sup. Sinseollo dipopulerkan oleh dinasti Qing, Cina, lalu pada masa Kerajaan Choseon dikembangkan dan disesuaikan dengan selera makan Korea. Masakan ini menjadi hidangan pesta yang termewah karena dilengkapi dengan berbagai jenis bahan makanan. Dengan demikian, Sinseollo dapat dikatakan masakan Korea yang bergizi tinggi dengan rasa enak serta berpenampilan indah. 
Gujeolpan ialah makanan yang terdiri atas beberapa jenis sayuran dan daging yang disajikan dalam lapisan pancake. Ada juga strip barbekyu daging sapi diasinkan disebut bulgogi dan iga diasinkan atau galbi, juga berbagai jenis kimchi. Tak lupa sup kue beras (nasi pangsit yang dipadu dengan kaldu ayam) atau doenjang guk  serta sup pasta kacang kedelai yang difermentasi.Disajikan juga berbagai jenis minuman termasuk minuman keras seperti bir, anggur, Soju dan Makgeoli.

Pada upacara pernikahan tradisional Korea ada satu acara yang disebut Febaek. Dalam acara ini sang mempelai wanita bersalam-salaman dengan anggota keluarga sang mempelai pria. Untuk acara itu mempelai wanita membawa berbagai macam makanan dan salah satunya adalah Yukpo. Setiap makanan yang dibawa mempelai wanita memiliki makna. Misalnya, kurma Korea melambangkan kesuburan anak. Yukpo atau daging yang dikeringkan memiliki arti bahwa memepelai wanita akan menaati dan melayani mertuanya dengan baik. Tradisi Febaek ini masih dilakukan sampai saat ini. Jika pasangan mempelai menikah dengan upcara gaya barat, maka setelah upacara pernikahan selesai pasangan mempelai mengganti baju menjadi baju tradisional, lalu melakukan Febaek dengan cara tradisional. Di samping itu Yukpo sekarang ini disukai masyarakat Korea sebagai teman minum minuman beralkohol dan makanan ringan saat mereka ingin ngemil. Karena terbuat dari daging asli yang dikeringkan, Yukpo memiliki gizi lengkap jadi cocok juga untuk anak-anak yang sedang tumbuh.
























BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa, upacara dan prosesi pernikahan tradisional Korea tidak kalah rumitnya dengan upacara dan prosesi pernikahan tradisional di Indonesia. Upacara pernikahan tradisional di Korea terdiri dari:
1.      Eui Hon (Perjodohan)
2.      Napchae (Penentuan tanggal pernikahan)
3.      Nappae (Pertukaran barang)
4.      Chinyoung (Upacara pernikahan)
Di dalam Chinyoung terdiri dari berbagai prosesi, yang terbagi menjadi :
1.      Jeonanrye (Penyerahan angsa liar)
2.       Gyobaerye (Bertemunya kedua mempelai)
3.      Hapgeunrye (Meminum anggur)
4.      Pyebaek (Membungkukan badan kepada orang tua mempelai pria)
Hollyebok terbagi menjadi 2, Hollyebok untuk pria yang terdiri dari Jeogori (jaket) Baji (celana) Joggi (rompi) Magoja dan  Durumagi (mantel panjang), sedangkan Hollyebok untuk wanita Chima, Jeogori (jaket pendek dengan lengan yang panjang) dan Wonsam (mantel luar yang panjang).
Kook Soo Sang atau disebut juga dengan perjamuan mie. Mie yang panjang melambangkan kehidupan yang panjang juga bahagia untuk kedua mempelai. Mie akan direbus bersama kaldu sapi dan diberi hiasan sayuran dan telur. Bukan hanya itu saja, saat penjamuan pun disediakan makanan juga minuman seperti sinseoll, gujeolpan,bulgogi  dan galbi serta Soju dan Makgeoli.


Daftar Pustaka



You Might Also Like

2 comments